Anomali Lembaga Pengumpul Zakat di Pinggir Jalan
Sismanto HS
Ketua Tanfidziyah PCNU Kutai Timur
Memasuki masa-masa akhir bulan Ramadhan sesuatu yang perlu saya sampaikan adalah tentang pentingnya zakat, lebih-lebih adalah zakat fitrah yang kadar ukurannya adalah 1 shok atau 4 mud makanan pokok yang berlaku di daerah orang yang berzakat – muzzaki.
Zakat fitrah merupakan kewajiban fardhu ain bagi setiap hamba Allah yang beragama Islam, begitu juga bagi anak yang baru lahir sebelum salat Idul Fitri, maka bagi anak yang baru lahir tersebut (orang tuanya) berkewajiban untuk membayar zakat fitrah.
Zakat fitrah merupakan penyempurna ibadah bagi umat Islam yang menjalankan puasa, mengingat tanpa menyempurnakan dengan zakat fitrah, maka amal ibadahnya akan menggantung di antara langit dan bumi
متعلق بين السماء و الارض
Disamping itu, mengeluarkan zakat fitrah bagi setiap muslim wajib hukumnya, berdasarkan hadits Ibnu Umar radliyallah ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan imam muslim bahwa Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam mewajibkan untuk berzakat fitrah laki-laki dan perempuan sebesar 1 shok yang dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan sholat Idul Fitri.
Sangking penting dan wajibnya zakat fitrah ini, ada orang yang membayar zakat di awal-awal bulan Romadhon takjilan “age-age”. karena dikhawatirkan tidak sempat menunaikan zakat pada akhir bulan Romadhon.
Untuk itu, amil zakat sudah seharusnya tahu akan kaifiyah bagaimana tata cara penerimaan dan pentasyarufan zakat fitrah. Sebagaimana halnya kewajiban membayar zakat sebelum sholat Idul Fitri, begitu juga proses pentasharufan zakat fitrah juga harus didistribusikan sebelum salat Idul Fitri laksanakan juga.
Kemarin bertepatan dengan malam takbir di masjid dekat tempat saya tinggal, unit pengumpul zakat (UPZ) sudah menutup lapak pengumpulan zakat minat mereka juga akan mereka hasil pengumpulan zakat fitrah, zakat maal, infaq, dan shodaqoh. Padahal, malam itu juga banyak masyarakat yang belum membayar zakat dan hendak membayar zakat di UPZ masjid tersebut.
Masyarakat yang hendak membayar zakat tampaknya kecewa melihat objek yang sudah menutup lapak penerimaan zakat, sehingga mereka berpindah ke lembaga-lembaga penerima zakat yang mendirikan tenda di pinggir-pinggir jalan yang ada di Sangatta.
Anomalinya adalah lembaga lembaga penerima zakat yang mendirikan tenda di pinggir jalan tersebut hanya menyiapkan satu orang petugas dengan hanya membawa buku catatan tanpa membawa beras atau makanan pokok.
Dugaan saya, masyarakat yang membayar zakat tidak berbentuk makanan pokok, melainkan berbentuk uang. Disamping itu, ketidakyakinan saya pada lembaga-lembaga pengumpul zakat yang ada di pinggir jalan itu adalah tidak langsung serta merta mentasarufkan hasil pengumpulan zakat yang telah diterimanya.
Hal inilah yang membuat saya sedikit agak “trenyuh” betapa lembaga lembaga pengumpul zakat yang ada di pinggir jalan hanya mengejar setoran pengumpulan zakat tanpa melihat proses pentasarufan yang harus segera di tasharrufkan sebelum shalat Idul Fitri.
Mudah-mudahan dugaan saya salah, lembaga lembaga pengumpul zakat itu langsung mentasarufkan zakat sebelum shalat Idul Fitri. Bila tidak, maka tugas kita bersama adalah mengedukasi kepada masyarakat yang belum paham tentang bagaimana kaifiyah zakat fitrah.