Larangan Merendahkan Fisik Orang Lain
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِكَ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah
Mari kita bersama-sama senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha sekuat tenaga melaksanakan semua perintah-perintah Allah serta berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Semoga kita selalu mendapat rahmat dan ridha dari Allah swt.
Hadirin jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah
Sebagian orang terperangkap dalam pola pikir yang memandang penampilan fisik sebagai patokan kesempurnaan seseorang. Namun, sebenarnya setiap individu diciptakan dalam keunikan dan keindahan yang berbeda-beda. Ini adalah bukti keagungan penciptaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-Tin: 4).
Firman Allah ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap individu telah diberikan bentuk fisik yang sempurna sesuai dengan rencana-Nya. Sempurna menurut pandangan Allah, bukan menurut pandangan kita. Namun, sebagian orang baik mereka sadari atau tidak, yang mempunyai kebiasaan, menjadi semacam budaya, menghakimi dan merendahkan penampilan fisik orang lain.
Mengomentari bentuk tubuh, berat badan, atau atribut fisik lainnya, hanya akan melukai hati dan mengurangi harga diri seseorang. Hal ini bisa saja terjadi dalam bingkai candaan atau bahkan serius. Walaupun dalam balutan canda, baik di atas mimbar atau di luar mimbar, di media sosial atau di dunia nyata, merendahkan fisik orang lain adalah tindakan yang wajib dihindari, karena merendahkan fisik seseorang sama dengan merendahkan siapa yang menciptakan.
Kita boleh bercanda tapi jangan sampai menertawakan bentuk fisik yang notabene adalah anugerah yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam sebuah hadits diceritakan, suatu ketika Abdullah bin Mas’ud memanjat pohon arok yang akan ia jadikan sebagai alat siwak, sedangkan Abdullah bin Mas’ud ini orang yang kedua betisnya kecil. Di tengah ia mengambil kayu itu, betisnya tersingkap sehingga orang-orang yang ada di sekitar situ menertawakannya.
Hal ini diketahui langsung oleh Rasulullah. Rasul kemudian bertanya kepada orang-orang yang hadir di situ:
مِمَّ تَضْحَكُونَ؟
“Ada sebab apa kalian tertawa?”, Tanya Rasulullah.
Mereka menjawab:
يَا نَبِيَّ اللهِ، مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ
“Ya Nabiyyallah, karena kecilnya kedua betis Abdullah bin Mas’ud.”
Mendengar jawaban ini, Rasul lalu bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sungguh kedua betis Abdullah bin Mas’ud itu lebih berat di timbangannya daripada gunung Uhud.” (HR. Ahmad).
Hadirin jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah
Jika kita melihat hadits tadi, Rasululullah dengan jelas melarang orang menertawakan betis Abdullah bin Mas’ud padahal sebatas menertawakan, tidak sampai keluar perkataan mengomentari kecilnya betis Abdullah bin Mas’ud. Namun, dengan tertawa saja, jika itu menyakitkan orang lain, hukumnya dilarang. Walaupun jika kita lihat hadits tadi, Abdullah bin Mas’ud tidak protes. Ia hanya diam saja.
Kita perlu hati-hati di saat kita menertawakan, atau mengomentari kekurangan orang secara fisik. Kita tidak bisa mengukur kalau orang yang kita tertawakan itu diam, berarti dia tidak sakit, kalau dia protes, berarti tersinggung, tidak bisa seperti ini.
Yang namanya sakit hati itu di dalam, bukan di luar. Tidak mesti orang yang sakit hati, kemudian ia ungkapkan, atau ia ekspresikan kesakitannya. Jangan-jangan orang yang kita sakiti itu sebenarnya hatinya sakit, namun ia tidak berani protes atau justru malah atas kebaikannya, ia khawatir jika ia marah, malah mempermalukan kita yang menertawakan.
Syekh Zainuddin mengajak kita untuk mencintai orang lain sebagai manusia mencintai diri sendiri supaya kita mendapatkan surganya Allah kelak.
وَاَحْبِبِ النَّاسَ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ, حَتَّى تَكُوْنَ بِجَنَّةٍ تَتَنَعَّمُ
“Cintailah manusia lain sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri, agar kau kelak mencecap kenikmatan surga.”
Hadirin jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah
Dalam akhir khutbah ini, marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif dalam masyarakat. Semoga kita semua dijadikan individu-individu yang selalu membawa cahaya kasih sayang dan penghargaan terhadap keindahan penciptaan Allah swt. Amin amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الخطبة الثانية
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ, وَالْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ